9:00 - 16:00 WIB
Senin - Sabtu
Pemerintah Indonesia semakin serius mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup ke dalam sistem sekolah. Melalui program Sekolah Ramah Lingkungan (SRL) yang resmi diperluas ke 10 provinsi pada Oktober 2025, inisiatif ini diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran ekologis sejak dini dan mendukung visi besar Indonesia Emas 2045 — generasi cerdas, berdaya, dan berkelanjutan.
Program Sekolah Ramah Lingkungan Diperluas
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meluncurkan ekspansi program Sekolah Ramah Lingkungan (SRL) ke 10 provinsi baru, antara lain Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Barat, dan Maluku.
Program ini menekankan integrasi nilai-nilai eco-literacy — seperti pengelolaan sampah, efisiensi energi, konservasi air, dan pembelajaran berbasis proyek lingkungan.
Menurut Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Iwan Syahril, sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar akademis, tetapi juga ruang pembentukan karakter dan kesadaran lingkungan.
“Kita ingin siswa tidak hanya pintar secara kognitif, tetapi juga peduli terhadap bumi. Sekolah harus menjadi miniatur ekosistem hijau,”
ujar Dr. Iwan Syahril dalam konferensi pers peluncuran di Jakarta (10 Oktober 2025).
Dukungan dan Implementasi di Lapangan
Setiap provinsi penerima program akan mendapatkan pendampingan teknis dan dana hibah untuk pembangunan fasilitas ramah lingkungan — seperti taman edukatif, bank sampah digital, sistem biopori, dan panel surya sederhana.
Selain itu, guru-guru dilatih melalui pelatihan Green Teaching Model agar mampu mengintegrasikan isu lingkungan ke dalam mata pelajaran umum.
Di Bandung Barat, misalnya, SMPN 2 Lembang menjadi sekolah percontohan. Kepala sekolah, Rini Astuti, menyampaikan bahwa program ini mengubah cara siswa berinteraksi dengan alam sekitar.
“Anak-anak mulai terbiasa memilah sampah, menanam pohon, dan belajar sains langsung dari praktik konservasi,” ujarnya.
Kontribusi terhadap Indonesia Emas 2045
Program ini sejalan dengan peta jalan Indonesia Emas 2045 yang menargetkan pembangunan manusia unggul dan berkelanjutan. Pendidikan berbasis lingkungan dipandang sebagai fondasi penting untuk membentuk generasi hijau (green generation) — generasi yang tidak hanya kompeten secara teknologi, tetapi juga memiliki empati terhadap keberlanjutan alam.
“Kalau kita ingin ekonomi tumbuh tanpa merusak alam, maka pendidikan lingkungan harus dimulai sejak SD,”
ujar Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, dalam sambutannya di acara peluncuran program di Jakarta.
PT. Indonesia Emas Group (IEG) adalah perusahaan holding yang bergerak dalam bidang pendidikan dan industri kreatif, IEG memiliki beragam bisnis yang saling mendukung meliputi penerbitan dan percetakan, pengadaan alat tulis kantor (ATK), distribusi buku fisik dan digital, serta pengadaan alat peraga pendidikan. Perusahaan ini juga bergerak dalam layanan konsultan pendidikan, serta menyediakan kursus dan pelatihan untuk mendukung pengembangan kompetensi dan keterampilan sumber daya manusia (SDM) di berbagai instansi.
Selengkapnya