Selo gemar membaca dan mengoleksi buku terutama karya sastra. Ia punya perpustakaan kecil di rumahnya. Setiap karya sastra yang dibacaknya, ia selalu membandingkan dengan karya saat yang lain. Banyak karya yang berbobot di matanya, tetapi tidak sedikit juga yang hanya berisi sampah, meski penulisnya punya nama besar.
Namun, ada satu karya unik, berupa kumpulan cerpen, penulisnya tidak begitu dikenal oleh penikmat sastra. Bahkan karya penulis ini hanya diterbitkan secara indie. Memang karya penulis satu ini tidak bagus-bagus amat, tetapi juga tidak jelek-jelek amat. Hal yang menarik minat Selo adalah keunikan karya itu. Uniknya karya ini adalah setiap yang sudah dibaca oleh Selo pasti jadi kenyataan. Hingga Selo takut lagi membacanya sebab kebanyakan cerpen dalam kumcer itu berupa tragedi. Selo berniat menemui penulisnya dan memintanya berhenti menulis tentang tragedi.
Tidak sulit bagi Selo menemukan penulis itu. Seorang perempuan cantik. Kebiasaannya hampir sama dengan Selo. Mengurung diri dalam kamar yang penuh buku. Selo mengutarakan maksudnya menemui penulis itu. Akan tetapi, sang penulis tidak mau berhenti menulis. Terjadilan konflik antara Selo dengan Arukmaya, sang penulis. Arukmaya justru melarang balik Selo untuk membaca karya-karyanya. Padahal Selo sudah terlanjur suka dengan rangkaian kata perempuan itu.
Tak lama Selo menyadari sesuatu. Tentang kejadian lampau dalam hidupnya yang masih selalu membekas. Tentang sebuah senyuman. Tentang sebiah pasar. Selo mencari tahu siapa sebenarnya Arukmaya. Hingga Selo menemukan sebuah cerpen lama milik Arukmaya. Cerpen itulah yang mengubah segalanya.
Penulis : Anas Regandhi
Editor : Isnaeni Dahlan
Jumlah Halaman : viii + 214 hlm
Ukuran : 14,8 cm x 21 cm