9:00 - 16:00 WIB
Senin - Sabtu
Kasus perundungan di sekolah bukan sekadar persoalan sosial, tetapi telah berkembang menjadi masalah kesehatan jiwa yang serius. Laporan dari berbagai daerah menunjukkan bahwa remaja yang menjadi korban bullying lebih rentan mengalami gangguan mental.
Dr. Riati Sri Hartini, Sp.KJ (psikiater dari IPB University), mengingatkan bahwa masa remaja adalah periode penuh perubahan: fisik, emosional, dan sosial. Tekanan dari teman sebaya, konflik identitas, dan dinamika sekolah menjadikan remaja sangat rentan terkena stres dan gangguan mental.
Ciri-ciri Gangguan Mental pada Remaja Akibat Bullying
Menurut dr. Riati, ada beberapa tanda khas yang perlu diwaspadai:
Menarik diri dari lingkungan sosial
Muncul pikiran negatif berkepanjangan
Mudah marah dan berubah suasana hati secara tajam
Keluhan fisik seperti sakit perut atau sakit kepala tanpa sebab medis jelas
Perilaku melanggar aturan atau norma sosial, bahkan mungkin eksperimen dengan alkohol, rokok, atau obat-obatan untuk meredakan beban stres
Dalam beberapa kasus ekstrim, korban bullying bisa menunjukkan gejala seperti penggunaan zat, penurunan performa sekolah, dan isolasi sosial.
Faktor Pemicu Stres pada Remaja
Beberapa pemicu utama gangguan mental remaja yang telah diidentifikasi:
Tekanan teman sebaya — persaingan, intimidasi, atau penerimaan sosial.
Konflik dalam keluarga — kurangnya dukungan emosional atau komunikasi.
Pencarian identitas diri — remaja berada di fase transisi dan rentan terhadap keraguan diri.
Pressur sosial dan media sosial — ekspektasi sosial, perbandingan, serta cyberbullying sering kali memperparah stres.
Studi ilmiah menunjukkan bahwa remaja yang menjadi korban perundungan memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan psikologis serius. Salah satu studi bahkan menemukan bahwa korban bullying bisa memiliki peluang lebih besar mengalami gejala psikosis, termasuk halusinasi atau delusi, jika tidak mendapatkan intervensi tepat.
Lebih jauh, trauma verbal yang terus-menerus juga bisa memicu gangguan stres pasca-trauma (PTSD), kecemasan kronis, dan depresi. Susunan sosial sekolah perlu diubah agar lebih aman dan mendukung pemulihan korban.
Para ahli mendorong sekolah untuk membentuk sistem dukungan psikologis yang responsif. Langkah-langkah yang bisa ditempuh antara lain:
Penyediaan konselor atau psikolog sekolah yang mudah diakses.
Pelatihan guru untuk mendeteksi tanda-tanda stres atau gangguan mental pada siswa.
Program pendidikan karakter dan empati sejak dini.
Kanal pelaporan bullying yang aman dan rahasia bagi siswa korban.
Orang tua juga berperan penting: mengenali perubahan perilaku anak, menjaga komunikasi terbuka, dan bekerja sama dengan sekolah dalam upaya intervensi.
Kenaikan kasus bullying yang semakin nyata merupakan panggilan bagi semua pihak: sekolah, orang tua, pemerintah, dan masyarakat, untuk bersinergi dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan peduli. Menyadari gejala gangguan kesehatan mental pada remaja adalah langkah awal dalam membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara emosional.
Indonesia Emas Group mendukung penuh upaya edukatif dan preventif terkait bullying dan kesehatan mental, karena masa depan bangsa sangat bergantung pada kesejahteraan jiwa generasi muda.
PT. Indonesia Emas Group (IEG) adalah perusahaan holding yang bergerak dalam bidang pendidikan dan industri kreatif, IEG memiliki beragam bisnis yang saling mendukung meliputi penerbitan dan percetakan, pengadaan alat tulis kantor (ATK), distribusi buku fisik dan digital, serta pengadaan alat peraga pendidikan. Perusahaan ini juga bergerak dalam layanan konsultan pendidikan, serta menyediakan kursus dan pelatihan untuk mendukung pengembangan kompetensi dan keterampilan sumber daya manusia (SDM) di berbagai instansi.
Selengkapnya