Bullying dan Kesehatan Mental: Hubungan yang Memprihatinkan

Kasus perundungan di sekolah bukan sekadar persoalan sosial, tetapi telah berkembang menjadi masalah kesehatan jiwa yang serius. Laporan dari berbagai daerah menunjukkan bahwa remaja yang menjadi korban bullying lebih rentan mengalami gangguan mental.

Dr. Riati Sri Hartini, Sp.KJ (psikiater dari IPB University), mengingatkan bahwa masa remaja adalah periode penuh perubahan: fisik, emosional, dan sosial. Tekanan dari teman sebaya, konflik identitas, dan dinamika sekolah menjadikan remaja sangat rentan terkena stres dan gangguan mental.

Ciri-ciri Gangguan Mental pada Remaja Akibat Bullying

Menurut dr. Riati, ada beberapa tanda khas yang perlu diwaspadai:

  • Menarik diri dari lingkungan sosial

  • Muncul pikiran negatif berkepanjangan

  • Mudah marah dan berubah suasana hati secara tajam

  • Keluhan fisik seperti sakit perut atau sakit kepala tanpa sebab medis jelas

  • Perilaku melanggar aturan atau norma sosial, bahkan mungkin eksperimen dengan alkohol, rokok, atau obat-obatan untuk meredakan beban stres

Dalam beberapa kasus ekstrim, korban bullying bisa menunjukkan gejala seperti penggunaan zat, penurunan performa sekolah, dan isolasi sosial.

Faktor Pemicu Stres pada Remaja

Beberapa pemicu utama gangguan mental remaja yang telah diidentifikasi:

  1. Tekanan teman sebaya — persaingan, intimidasi, atau penerimaan sosial.

  2. Konflik dalam keluarga — kurangnya dukungan emosional atau komunikasi.

  3. Pencarian identitas diri — remaja berada di fase transisi dan rentan terhadap keraguan diri.

  4. Pressur sosial dan media sosial — ekspektasi sosial, perbandingan, serta cyberbullying sering kali memperparah stres.

Dampak Jangka Panjang: Risiko Psikosis dan Gangguan Mental Lainnya

Studi ilmiah menunjukkan bahwa remaja yang menjadi korban perundungan memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan psikologis serius. Salah satu studi bahkan menemukan bahwa korban bullying bisa memiliki peluang lebih besar mengalami gejala psikosis, termasuk halusinasi atau delusi, jika tidak mendapatkan intervensi tepat.

Lebih jauh, trauma verbal yang terus-menerus juga bisa memicu gangguan stres pasca-trauma (PTSD), kecemasan kronis, dan depresi. Susunan sosial sekolah perlu diubah agar lebih aman dan mendukung pemulihan korban.


Pentingnya Pencegahan dan Intervensi Dini

Para ahli mendorong sekolah untuk membentuk sistem dukungan psikologis yang responsif. Langkah-langkah yang bisa ditempuh antara lain:

  • Penyediaan konselor atau psikolog sekolah yang mudah diakses.

  • Pelatihan guru untuk mendeteksi tanda-tanda stres atau gangguan mental pada siswa.

  • Program pendidikan karakter dan empati sejak dini.

  • Kanal pelaporan bullying yang aman dan rahasia bagi siswa korban.

Orang tua juga berperan penting: mengenali perubahan perilaku anak, menjaga komunikasi terbuka, dan bekerja sama dengan sekolah dalam upaya intervensi.

Kenaikan kasus bullying yang semakin nyata merupakan panggilan bagi semua pihak: sekolah, orang tua, pemerintah, dan masyarakat, untuk bersinergi dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan peduli. Menyadari gejala gangguan kesehatan mental pada remaja adalah langkah awal dalam membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga tangguh secara emosional.

Indonesia Emas Group mendukung penuh upaya edukatif dan preventif terkait bullying dan kesehatan mental, karena masa depan bangsa sangat bergantung pada kesejahteraan jiwa generasi muda.

Post a comment

Your email address will not be published.

Related Posts